hyolyn or hyorin

Update FF disini ^^
Read and comment, please!
No SPAM or I'll delete it.
Thank you.

Fanfic yang ingin dibaca

Jumat, 16 Agustus 2013

[FF] Why Did I Fall In Love With You - Part 2


Title : WHY DID I FALL IN LOVE WITH YOU
Genre : sad romance
Author/ Disclaimer : justhyolyn

Main Cast :
Kim Hyorin (hyorin) 
Park Yoochun (yoochun) 
Kim Jaejoong (jaejoong)

Support Cast :
Jung Yunho (yunho)
Han Seungyeon (seungyeon)
Ryu Hwayoung (hwayoung)
Park Sooyoung (sooyoung)
Lee Jungshin (jungshin)
Song Jieun (jieun)

NO PLAGIARISME!!!

Seluruh isi fanfic ini adalah murni ide dan tulisan justhyolyn.
Don’t like, Don’t read, Don’t bash!

Yang belum baca part 1 silahkan baca disini.

Please, don’t be silent readers!

Happy reading!


Part 2

Seoul, siang hari di sebuah butik.
Oppa, kau bicara apa?”
”Oh ... anii, hanya saja aku merasa .... kau tidak mencintaiku ....”
Oppa … ” Hyorin kaget mendengar ucapan tunangannya itu.
Hyorin, apa kau benar-benar mencintaiku? Aku merasa hatimu tidak sepenuhnya untukku …
Keduanya diam membeku dengan pikirannya masing-masing.
Oppa, kau …”
Tiba-tiba seseorang datang menghampiri keduanya.
”Ah, Yoochun-ssi ...” Hyorin kaget melihat kedatangan Yoochun.
Jeongmal yeppeoyo ... batin Yoochun dalam hati melihat Hyorin memakai gaun pengantin.
Annyeonghaseyo, Hyorin-ssi ... Jaejoong-ssi.” sapa Yoochun seraya menganggukkan kepala.
Jaejoong menoleh ke belakang.
”Ah, Yoochun-ssi! Kau disini? Kau sedang fitting baju juga?”
Ah, jadi benar ... mereka sedang fitting baju, itu artinya mereka akan menikah.
”Ah, anii. Aku hanya mampir saja. Kebetulan pemilik butik ini adalah Ibuku.”
Hyorin kaget, dia baru tahu kalau pemilik butik ini adalah eomma-nya Yoochun. Selama berteman dengan Yoochun, Hyorin memang tak pernah sekalipun tahu kalau eomma Yoochun adalah seorang designer dan memiliki butik. Hyorin memang mengenal eomma Yoochun tapi ini adalah pertama kalinya Hyorin datang ke butik yang sengaja dipilih oleh Jaejoong. Sekarang Hyorin sedikit menyesal kenapa dia harus datang dan memesan baju di butik itu.
Whoaa!! Benar-benar kebetulan.” ujar Jaejoong.


Hyorin setengah tersenyum.
“O ya, bagaimana pengantinku? Cantik bukan?” Jaejoong meminta pendapat Yoochun tentang gaun yang dipakai Hyorin.
Otteyo ...?”
"Kalian sangat serasi." jawab Yoochun singkat.
Lalu senyum pun mengembang di wajah Jaejoong.
Tuhan, sebenarnya apa yang ingin kau tulis untuk takdirku? ucap Hyorin gelisah dalam hatinya.
***

Han River’s Cafe, the Reunion.
Hyorin berdiri di depan sebuah kafe.
Brukkk!!!
Ah!”
Tiba-tiba seseorang menubruk bahu Hyorin dari belakang. Refleks Hyorin menoleh.
”Hyorin!”
Hyorin tersenyum melihat siapa yang ada di hadapannya kini. Ryu Hwayoung dan Park Sooyoung, dua sahabat dekatnya semasa kuliah dulu. Ketiganya pun berpelukan. Diantara semua teman-temannya, Hyorin memang paling akrab dengan Hwayoung dan Sooyoung. Kemanapun Hyorin pergi, kedua yeoja itu hampir selalu bersamanya. Kalau sekarang Hyorin bekerja di sebuah penerbitan, Hwayoung bekerja di sebuah perusahaan asing sebagai arsitek. Sedangkan Sooyoung meneruskan usaha Appa-nya di bidang properti. Meskipun berpisah cukup lama setelah kelulusan, apalagi ketiganya sudah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, tapi ketiga yeoja itu tetap berusaha menjaga kontak. Seperti pertemuan kali ini, Sooyoung-lah yang mempunyai ide untuk mengadakan reuni kecil bersama beberapa teman seangkatan mereka di kampus dulu.
“Kau baru datang?” tanya Hwayoung.
Hyorin mengangguk.
Kemudian Hwayoung mengajak Hyorin masuk ke dalam. Saat ketiganya datang, sekumpulan orang di sebuah meja besar menyambut mereka. Ada sekitar tujuh orang yang ikut duduk di sana, tiga diantaranya perempuan. Mereka adalah teman satu almamater dengan Hyorin. Reuni kecil yang merupakan ide Sooyoung itu ternyata hanya bisa dihadiri oleh 11 orang saja. Sooyoung-lah yang mengkoordinir mereka untuk datang ke Han River’s Cafe, salah satu kafe terkenal diantara deretan kafe yang ada di tepi Sungai Han. Dulu saat kuliah, mereka sering menghabiskan waktu disana. Entah untuk membahas tugas kuliah ataupun sekedar makan-makan.
“Kalian sudah lama?” tanya Sooyoung seraya menarik sebuah kursi.
Di meja tampak beberapa hidangan khas Korea seperti kimbapbulgogiddeokbokki, dan juga kimchi. Selain itu ada beberapa macam juice dan minuman kaleng berjajar rapi di tepinya. Beberapa orang sudah menyantap berbagai hidangan yang telah disediakan itu. Sementara yang lain hanya menikmati minumannya saja.
Seluruh tempat duduk telah terisi penuh. Hanya ada satu kursi yang kosong, tepat di depan seorang namja berkemeja biru dipadu dengan jas hitam klasik. Lalu Hyorin menganggukan kepala sebagai tanda hormat pada namja di seberangnya itu, Park Yoochun. Yoochun juga membalasnya dengan anggukan kecil. Keduanya tampak kikuk.
“Hyorin-ssi, kudengar kau akan menikah?” tanya salah seorang namja yang duduk di pojok, Lee Jungshin, teman Hyorin yang merupakan anak direktur sebuah departement store terkenal di Seoul.
Hyorin hanya tersenyum lalu mengambil sesuatu di tas Artemis-nya. Setumpuk undangan berwarna merah marun dengan pita putih di pojok kanan atasnya. Design-nya terlihat elegan. Hwayoung dan Sooyoung ikut membagikan undangan tersebut. Hyorin memang sengaja membawa undangan pernikahannya karena yeoja itu berpikir mungkin ini adalah saat yang tepat untuk mengundang teman-temannya.
“Aku berharap kalian bisa datang berbagi doa untukku.” ucap Hyorin.
Chukkae, Hyorin-ssi!” seorang yeoja dengan blazer hitam, Song Jieun, memberi ucapan selamat pada Hyorin.
Hyorin tersenyum dan mengangguk. Sesaat kemudian matanya bertemu pandangan dengan mata Yoochun yang duduk tepat di depannya.
Chukkae, Rin-ah ...
Semua orang tampak bergembira, kecuali Yoochun. Namja itu terlihat murung. Hanya sesekali wajahnya berusaha menyunggingkan sebuah senyum datar. Di seberangnya, Hyorin menangkap ekspresi datar milik Yoochun. Namun Hyorin berusaha mengalihkannya dengan banyak mengobrol bersama yang lainnya. Hyorin tak ingin perasaannya tambah kacau karenanya. 

Satu jam kemudian ....
Tepi Han River, setelah reuni berakhir.
Annyeong, Yoochun-ssi ..” suara lembut seorang yeoja menyadarkan lamunan Yoochun yang berdiri di tepi jembatan Han River.


Malam ini langit terlihat cerah bertabur bintang. Beberapa bintang nampak ikut memancarkan kelipnya, membuat sungai kebanggaan orang Korea itu bersinar seperti serpihan emas.
”Oh ... Hyorin-ssi ...” Yoochun menoleh ke arah yeoja yang memakai blazer berwarna kuning gading  dengan rambut tergerai itu sudah berdiri di sampingnya itu.
Reuni telah berakhir sekitar satu jam yang lalu. Setelah berpamitan satu sama lain, acara itu pun bubar dengan sendirinya. Ada yang langsung pulang ke rumahnya namun ada juga yang masih betah menikmati malam di kota Seoul, seperti Yoochun. Yoochun memilih untuk berjalan-jalan di sekitar Han River. Namja itu ingin menikmati udara malam yang sangat dirindukannya. Yoochun sering menghabiskan waktunya disini. Yoochun merasa dengan memandang air Sungai Han, hatinya sekejap menjadi tenang.
Saat tengah menatap hamparan sungai di hadapannya sambil melamun, Hyorin datang menghampirinya.
”Sudah lama ya?” ucap Hyorin tiba-tiba.
Yoochun terlihat kikuk dengan kehadiran yeoja itu. Keduanya kini berdiri di tepi jembatan Han River dengan pikirannya masing-masing yang mengembara entah kemana.
Jjinja orenmanida, Hyorin-ah ...
-Flashback-
Seoul National University, the Graduation.
Tampak jelas wajah-wajah bahagia karena telah menyelesaikan studi-nya dengan baik. Semua nampak bergembira. Semua yeoja memakai hanbok dengan style-nya masing-masing, sedangkan para namja memakai setelan jas hitam lengkap dengan dasinya. Termasuk seorang namja dengan setelan jas hitam yang sibuk berkeliling mengucapkan selamat pada sesama temannya yang juga diwisuda hari itu. Hari itu senyum pun tak lepas dari wajahnya. Tak lupa mereka saling berpesan untuk tetap menjaga persahabatan dimanapun mereka nanti.
Lalu seseorang yang amat dikenal dan hampir selalu memenuhi pikirannya tiba-tiba muncul di depannya dengan hanbok warna dominan hijau muda dan pink. Rambut hitamnya diikat di pinggir sebelah kiri lalu diberi hiasan jepit bunga lily putih. Terlihat manis. Tangan kirinya masih memegang map berisi ijazah kelulusannya beserta sebuah buket bunga mawar kecil. Wajahnya menampakkan sebuah senyum yang khas dengan sebaris giginya yang rapi. Yeoja itu, Kim Hyorin, berdiri mematung menatap Yoochun. Begitupun dengan Yoochun. Untuk sesaat ada ruang hening diantara keduanya.
Chukkae, Yoochun-ssi ....” ucap Hyorin seraya memberinya sebuah pelukan kecil.
Yoochun kikuk membalas pelukan yeoja itu.
“Kau juga, chukkae ...” balas Yoochun.
Hyorin melepaskan pelukannya dan tersenyum pada Yoochun. Tiba-tiba ada sebuah buket bunga besar muncul di hadapan Hyorin dan Yoochun, memberi sekat diantara keduanya. Hyorin terkejut, begitu pula dengan Yoochun. Seorang namja dengan setelan jas hitam yang membawa buket bunga besar berisi rangkaian mawar merah dan pink itu langsung memeluk Hyorin.
Siapa namja ini? Sepertinya aku pernah melihatnya ... tanya Yoochun dalam hatinya seraya mengamati namja yang sedang memeluk Hyorin.
Namja itu, Kim Jaejoong, melepaskan pelukannya dan melihat ke arah Yoochun.


Nugu?” tanya Jaejoong pada Hyorin.
Yoochun hanya mengangguk pelan pada namja yang belum dikenalnya itu.
Ah ...” Hyorin dengan ragu ikut melihat ke arah Yoochun.
Ah, sepertinya aku harus pergi dari sini .... Yoochun memutuskan untuk pergi dari hadapan keduanya.
Saat hendak melangkah pergi, Jaejoong malah memintanya untuk mengambil fotonya dengan Hyorin.
Jogiyo ... bisa tolong ambil gambarku dan Hyorin?”
Sekilas wajah  Hyorin menampakkan ekspresi terkejut yang sama dengan Yoochun saat mendengar permintaan namja itu. Akhirnya, dengan terpaksa Yoochun mengambil kamera di tangan namja itu dan mengarahkan kamera ke wajah keduanya.
”Senyum ... hana, dul, sit ....” Yoochun memberi aba-aba.
Hyorin berusaha menampakkan senyum sewajarnya. Hyorin menggandeng erat lengan namja itu dan menyandarkan kepala di bahunya. Hal itu membuat Yoochun sedikit gemetar saat mengambil foto keduanya karena menahan rasa gemuruh di dadanya.
Park Yoochun, kau masih saja sebodoh ini! Yoochun memarahi dirinya sendiri.
-Flashback End-
Yoochun pun tersenyum mengingat kenangan saat kelulusan itu. Saat itu, pertama kalinya Yoochun melihat Hyorin sangat akrab dengan seorang namja. Dan Yoochun baru ingat kalau namja yang bersama Hyorin kala itu adalah namja yang sama yang akan menikah dengan Hyorin minggu depan. Mungkin karena perkenalan yang singkat pula, Jaejoong juga tak ingat dengannya saat bertemu di pesta Yunho beberapa waktu yang lalu.
Ne, sejak kelulusan kita.” jawab Yoochun singkat.
Keduanya kembali terdiam. Hyorin membalikkan badannya lalu bersandar di tepi jembatan. Rambut hitamnya setengah berkibar diterpa angin. Sementara Yoochun masih tak mengalihkan pandangan matanya dari sungai yang ada di depannya.
”A ... aku ... akan menikah minggu depan.”
Deg!
Yoochun menatap Hyorin tanpa ekspresi.
Chukkae!” ucapnya singkat.
Yoochun seolah menampakkan wajah tidak peduli. Padahal dalam hatinya, Yoochun merasakan sesuatu yang sedikit menyakitkan. Ada banyak hal yang sebenarnya ingin diungkapkannya pada yeoja itu. Namun dia tak ingin Hyorin tahu, dia memilih memendam semuanya sendiri.
”Kalau ada waktu, datanglah.”
Yoochun hanya mengangguk pelan.
Geurom, aku pulang dulu ...” Hyorin pamit pulang lebih dulu.
Ne.”
Apa kau tak ingin mengatakan sesuatu padaku, Yoochun-ssi ...? Hyorin menatap namja di hadapannya dengan wajah kesal bercampur sedih.
”Selamat tinggal ...” Hyorin pun berlalu dari hadapan Yoochun.
Aku tak punya apapun untuk kukatakan padamu. Aku terlalu bodoh. Hyorin-ah, mianhe ...
Yoochun hanya mampu memandangi yeoja itu hingga punggungnya menjauh. Lalu Yoochun ikut beranjak pergi dengan mengambil arah dan jalan yang berbeda dari Hyorin.
Selamat tinggal … apa hanya itu yang bisa kuucapkan untukmu? Hyorin menengok ke belakang tepat saat Yoochun sudah pergi menjauh.
Yoochun berjalan seraya memandangi cerahnya langit malam itu
Chukkae, Rin-ah ....
***


Yoochun’s POV
Kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Kucoba memejamkan mata tapi tak bisa. Semua pikiranku tertuju pada sebuah nama. Nama seorang yeoja yang hampir kuhapus semua tentang ingatannya, tapi kini muncul lagi dengan senyum yang tak akan pernah bisa kulupakan.
Kim Hyorin, kenapa kau harus muncul lagi?
Mungkin ini adalah kebodohanku. Kenapa waktu-waktu yang pernah kulewatkan bersamanya kubiarkan begitu saja? Kenapa aku tak berani mengungkapkan perasaanku padanya. Aku menyesal tak memberitahunya saat itu juga, saat kami masih bersama.
Ya, aku sudah jatuh terlalu dalam padanya. Entah sejak kapan aku menyukai semua yang ada dalam dirinya. Aku menyukai caranya berjalan. Aku menyukai caranya tertawa. Aku merindukan saat-saat kami menghabiskan waktu untuk mendiskusikan tentang arsitektur sebuah bangunan. Ya, semasa kuliah dulu aku dan Hyorin sering berdebat tentang bagaimana kami akan membangun rumah masa depan kami masing-masing. Aku suka sekali berdiskusi dengannya karena dia adalah yeoja yang cerdas.
Tapi selama itu pula tak sekalipun aku berani mengungkapkan perasaanku yang sesungguhnya. Aku hanya bisa memandanginya dari jauh. Memang selama aku berteman dengannya, tak pernah sekalipun aku mendengar atau melihat dia berhubungan serius atau berkencan dengan namja lain. Meskipun aku tahu tak sedikit mahasiswa di kampusku yang mengejar-ngejar cintanya, tapi Hyorin tetap tak bergeming. Dia tak memperdulikannya. Mungkin dia sudah mempunyai orang yang istimewa di hatinya, tapi aku tak tahu itu siapa. Dan sejujurnya aku tak ingin tahu. Aku takut aku tak bisa menerimanya. 
Aku beralih ke meja kerjaku. Kuambil sebuah album photo yang terselip diantara tumpukan buku yang kutata rapi diatas meja. Pelan kubuka album tersebut. Dan nampaklah foto-foto yeoja yang kukagumi, Kim Hyorin.


Satu persatu kubuka lembaran album photo itu. Ada banyak moment dimana ada Hyorin didalamnya yang kuabadikan lewat kamera.

                Doushite kimi ni nani mo tsutaerarenakattan darou
                Mainichi maiban tsunotteku omoi
                Afuredasu kotoba
                Wakatteta noni
                Mou todokanai1

Tanpa sengaja mataku menangkap wedding invitation yang diberikan Hyorin kemarin saat reuni dengan teman kampus lainnya.
Ya, dia akan menikah minggu depan. Menikah.
Lalu kau akan kehilangan kesempatan itu untuk selamanya, Park Yoochun!
Kubuka lagi lembar berikutnya. Ada foto Hyorin dengan hanbok hijau muda saat wisuda. Dia terlihat ceria, dan cantik. Itu foto terakhir yang kuambil. Karena sejak kelulusan itu, aku tak pernah lagi bertemu dengannya. Kami sudah memilih jalan kami sendiri-sendiri. 
Kuusap lembut foto itu. Kubaca kata-kata dalam bahasa Jepang yang kutuliskan dibawahnya.


                Doushite kimi wo suki ni natte shimattan darou
                Donna ni toki ga nagarete mo kimi wa zutto
                Koko ni iru to omotteta noni
                Mou kaerenai2

Aku sampai pada lembar terakhir yang ternyata masih kosong. Hanya ada foto Hyorin sedang duduk sambil menopang dagu. Aku ingat, saat itu Hyorin sedang berkumpul dengan teman-temannya di taman kampus. Dan Hyorin tidak sadar kalau aku sedang mengambil gambarnya. Hasilnya? Aku menyukai ekspresi lepasnya. Sungguh, dia terlihat sangat cantik. Membuatku selalu rindu akan senyuman di wajahnya. Sampai kapanpun aku tak akan pernah lupa senyum itu.
Senyum yang mungkin .... bukan untukku.


 Kuambil pena lalu aku mulai menulis diatasnya.

                niga haengbokhal su itdamyeon geuman ije geuman3

***

Hyorin’s POV
Aku tengah memandangi sebuah foto polaroid yang hampir usang. Aku hampir lupa kapan foto ini diambil, sudah lama. Fotoku dengan seorang namja. Foto yang diambil saat kami masih melalui masa-masa kampus bersama. Aku ingat saat itu kami tengah membahas tugas kuliah bersama di taman kampus. Aku tertawa melihat pose kami yang agak kaku. 


Yoochunnie memang kaku ...
Aku teringat kembali saat kami masih bersama menjalani aktivitas kami sebagai mahasiswa di Seoul National University, universitas terpopuler di Korea. Meski bukan tetangga dekat tapi aku sudah mengenalnya sejak masih SMA. Saat itu kami sama-sama bergabung di klub majalah sekolah. Yoochun sebagai ketuanya dan aku sekretarisnya. Ya begitulah, aku dan Yoochun sama-sama menyukai dunia menulis. Jadi sebenarnya tidak mengherankan kalau akhirnya aku lebih memilih berkutat di dunia penulisan ketimbang dunia arsitektur. Yoochun sendiri, meskipun dia bekerja sebagai arsitek di sebuah perusahaan asing tapi dia masih aktif menulis. Buktinya, novel yang dibuatnya akan diterbitkan oleh perusahaanku.
Lalu kebetulan aku dan Yoochun sama-sama meneruskan studi kami di jurusan arsitektur. Otomatis kami banyak menghabiskan waktu bersama. Kami sering mendiskusikan berbagai macam hal yang berkaitan dengan dunia arsitektur.
Dan sepertinya aku sudah jatuh cinta padanya. Setiap kali bersamanya, kurasakan jantungku berdebar lebih kencang. Tapi aku malu untuk mengungkapkannya. Aku hanya diam saja hingga suatu ketika kutemukan sebuah diktat di perpustakaan kampus. Ketika kubuka, ada selembar foto jatuh. Dan betapa terkejutnya aku ketika aku tahu bahwa foto yang terselip dalam diktat itu adalah fotoku. Ternyata diktat itu adalah milik Yoochun! Aku sempat berpikir untuk apa dia menyimpan fotoku. Apalagi foto itu sepertinya dia mengambilnya diam-diam, saat aku sedang tersenyum sambil menopang dagu.
Aku tak pernah tahu bagaimana perasaan Yoochun yang sebenarnya, bahkan sampai detik ini. Selembar foto tak mampu membuktikan apa-apa. Yoochun pun tak pernah mengatakan apapun. Dan aku juga tak ingin berharap terlalu tinggi. Aku takut jatuh dan sakit. Akhirnya perlahan aku mencoba melupakan semuanya. Semua kenanganku dengan Yoochun. Kutinggalkan dunia arsitektur yang kucintai. Kuputuskan untuk berkonsentrasi di dunia penulisan. Aku berusaha menghilangkan semua ingatanku tentang namja itu dengan menulis. Hingga aku bertemu dengan seseorang yang mampu meluluhkan hatiku.
Seseorang itu, Kim Jaejoong, namja yang akan menikah denganku minggu depan. Jaejoong Oppa, seseorang yang dulu kutolak mentah-mentah tapi dia tak berhenti untuk menyerah. Aku pernah bilang padanya kalau aku tak bisa mencintainya dengan baik tapi dia bilang dia akan menungguku. Kapanpun itu. Dia tidak pernah memaksaku untuk mencintainya tapi semua perhatiannya membuatku akhirnya jatuh cinta padanya. Dia seperti malaikat bagiku. Dia yang membantuku untuk melupakan semuanya. Melupakan sesuatu yang menyakitkan tentang masa lalu.
Aku memutuskan untuk menerima lamaran Jaejoong dan menikah dengannya. Dia namja yang baik, aku tak ingin menyakitinya. Dia terlalu baik untuk disakiti. Dulu aku hampir putus asa dengan perasaanku, tapi perlahan aku mencoba untuk menumbuhkan perasaanku padanya. Pelan-pelan aku mulai merasakan bahwa aku sering merindukannya, entah sejak kapan itu. Aku merindukan semua candanya ketika dia mulai sibuk dengan pekerjaannya. Ketika dalam seminggu dia hanya bisa menemuiku satu kali saja. Tapi meskipun begitu, Jaejoong tak pernah lupa mengirimiku pesan lewat sms atau telepon. Setiap pagi dia pasti membangunkanku dengan teleponnya. Aku sampai berpikir lucu apa dia tak bosan setiap pagi selalu meneleponku hanya untuk mengucapkan “selamat pagi”. Mungkin itu juga yang akhirnya membuatku luluh. Aku sadar bahwa dia begitu mencintaiku dan aku tak mungkin mengabaikan cintanya begitu saja.
Beep. Beep.
Ada pesan masuk diponselku. Kulihat nama pengirimnya. Jaejoong Oppa.

                Kau sudah makan?
                Aku baru saja pulang.
                Aku merindukanmu, uri koyangi ...
                ^^

Aku tersenyum membacanya. Kubalas pesannya.

                Istirahatlah, Oppa.
                Aku juga merindukanmu ...
                ^^

Sent.
Tiba-tiba mataku tertuju pada cincin yang melingkar di jari manisku. Cincin yang Jaejoong berikan saat melamarku di Namsan Seoul Tower waktu itu. Jaejoong yang humoris tapi sangat romantis. Dia selalu tahu bagaimana cara membuatku terharu dengan semua kejutan dan perhatian yang dia berikan. Dia selalu tahu bagaimana cara membuatku tertawa. Dia selalu terlihat dewasa dan .... tampan! 
Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menyakiti perasaannya. Aku sudah berjanji eomma-nya untuk mencintai Jaejoong sepenuh hati. Aku tahu itu sulit tapi pelan-pelan aku mencoba menguatkan perasaanku padanya.
Aku teringat sesuatu. Kuambil sebuah kotak di laci meja sebelah tempat tidur. Kubuka kotak itu. Lalu nampaklah sebuah gulungan syal berwarna merah menyala. Syal yang kurajut sendiri saat kuliah dulu. Kuingat lagi bagaimana aku merajutnya siang malam tanpa henti. Bahkan jari-jariku sampai terluka karenanya. Syal yang ingin kuberikan pada seseorang tapi sampai sekarang masih tertahan di laci kamarku. Aku tak lagi berniat untuk memberikannya pada orang itu.
Kupandangi syal merah itu.
Park Yoochun, babo!
***

Jaejoong’s POV
Hal yang paling sulit di dunia ini adalah memenangkan hati seseorang.
Kusandarkan kepalaku di kursi seraya menatap langit-langit ruang kantorku. Aku masih di kantor, entah kenapa rasanya aku belum ingin pulang. Beberapa pegawai lain juga masih sibuk dengan pekerjaannya. Seharian ini pikiranku agak kacau. Mungkin ini yang namanya sindrom prewedding. Rasanya degup jantungku makin hari makin kencang saja.


Hyorin-ah, kenapa aku harus jatuh cinta padamu ....?
Jaejoong menghembuskan nafasnya pelan.
Kau jahat Hyorin-ah, kau sudah menjeratku dengan rantai yang tak bisa kulepaskan ....

TO BE CONTINUED ....

Mianhe, aku buat jadi 3 part .... XD
Karena aku pikir biar readers gak kelamaan nunggunya.
Juga biar gak kepanjangan.
Semoga part 3 bisa kuposting besok.
Part 3 akan kujadikan ending yang baik.

terima kasih atas kesetiannya membaca tulisan-tulisan justhyolyn :)


Diksi :
Jeongmal yeppeoyo : benar-benar cantik
Otteyo : bagaimana
Appa : ayah
Chukkae : selamat
Jjinja orenmanida : benar-benar lama tidak berjumpa
Nugu : siapa
Jogiyo : kau yang disitu/ permisi
Geurom : kalau begitu
uri : kami
koyangi : kucing
babo : bodoh

Footnote :
1Lirik lagu Doushite-nya DBSK
Why couldn't I call out to you at all?
Every day and night growing emotions
And words overflow
But I realized that
They'd never reach you again

2Lirik lagu Doushite-nya DBSK
Why did I end up falling for you?
No matter how much time has passed
I still thought you were right here
Now we can't turn back

3Jika kau bisa bahagia, aku akan berhenti sekarang ... berhenti.



6 komentar:

  1. Lanjut min!!! Tp jgn lupa ICTLY nya ya,,,, hehheheeh

    BalasHapus

  2. segera dilanjutkan min..
    semangat!!! ^^

    BalasHapus
  3. suka jga ama ff yg ini....
    inti nya nge fans sama ini blog ...:-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe ...
      makasih nienie atas apresiasinya.
      masih banyak yg kurang di blog ini, bantu buat memperbaikinya ya
      :D

      Hapus

don't like, don't read, don't bash ---> SIMPLE!

thanks for the appreciate ^^

[FF] See How Much I Love You

[FF] Wedding Planner

[FF] Why Did I Fall In Love With You